.jpeg)
Sepengal Kisah Menjadi Seorang Peternak
Sejenak.
Menjemput mimpi
Semalam saya inisiatif untuk berburu ke salah satu pasar hewan tradisional Karena kandang sudah siap huni.
Ketemu ragam kisah kaya makna ilmu hikmah, 2 orang supplier dengan bangganya cerita bahwa profesinya meneruskan orang tuanya, mengisahkan tiap tahun tak kurang 10.000 ekor sapi disuplai ke berbagai daerah di Indonesia ini. Katanya kedua orang tersebut usaha berawal dari titik nol juga.
Paginya kami bangun jam 3.00 karena saur, lalu jalan ke pesisir jawa bagian selatan pacitan 1001 goa kami bertiga mencari ketenangan agar dapat terang, diskusi dengan hati agar bisa berdamai dengan diri sendiri sebelum berdamai kepada pihak lain dan bagai melarutkan air yang keruh lalu diteguk kembali seusai beningnya air telah didapat. Belajar mawas diri agar lebih tahu diri.
Sepulang dari pacitan, jujur saya iri, sungguh iri menyaksikan sepasang suami istri naik sepeda motor yg sangat sederhana dengan membawa setumpuk batang jagung muda (tebon) pakan sapi, suaminya yang membonceng dan istrinya dibonceng di atas daun jagung, Mereka nampak begitu mesra dan berbahagianya.
Padahal tak jarang kita melihat atau bahkan mungkin juga bisa terjadi pada diri kita, pangkat jabatan sudah tinggi, harta cukup dan mungkin berlimpah, tapi tak jarang justru " kurang asupan gizi kemesraan dan kebahagiaan " seperti mereka. Kadang sudah tinggipun masih kurang tinggi lagi, sudah banyakpun masih kurang banyak lagi dan seterusnya.
Bersahaja bukan berarti miskin, kaya raya bukan berarti bahagia, pangkat jabatan tinggi bukan berarti selalu memyenangkan dan bahkan pandai bicarapun belum tentu bisa menjalankan jadi keteladanan nayata lapangan. Apalagi tentang hal kebajikan.
*" Pemandangan terindah adalah keteladanan nyata yang memberi manfaat buat sesama bukan sekedar bicara. Kadang ilmu hikmah hadir justru dari kaum yang tak kita sangka "
Jangan lupa bahagia
Wonogiri 17/5/2019
Salam ngarit Gatot sudiyono
Waskito grup
Get notifications from this blog
