√ Waspada Toksin Sianida Merupakan Racun Berbahaya Untuk Ternak Kita - Arka Ozi official Tutorial Vloger Youtuber Pemula

Waspada Toksin Sianida Merupakan Racun Berbahaya Untuk Ternak Kita

Sianida merupakan salah satu racun (toksin) yang paling berbahaya di alam dan dapat meracuni hewan termasuk ternak. Ruminansia dapat dengan mudah terkena racun ini karena pemberian pakan. Penyebab utama keracunan sianida pada ruminansia yaitu menelan tanaman yang mengandung zat yang disebut “glikosida sianogenik”.

Penyebab
Lebih dari 2000 spesies tanaman terjadi suatu proses yang mengubah zatnya menjadi beracun ketika berada di dalam tubuh hewan. Ketika tanaman itu dikunyah, layu, dihancurkan, dibekukan, dicacah, atau dilakukan proses lain, glikosida sianogenik dan enzim dapat bergabung dan membentuk sianida bebas dengan cepat. Ketika hewan ruminansia mengonsumsi bahan-bahan tanaman ini, gas hidrogen sianida dibebaskan dalam rumen (lambung ruminansia) dan cepat diserap ke dalam aliran darah. Ruminansia sangat rentan terhadap keracunan sianida karena mikroorganisme dalam rumen mengandung enzim yang bisa mengubah glikosida sianogenik untuk membebaskan gas sianida. Sianida akan mencegah hemoglobin dalam sel darah merah untuk melepaskan oksigen ke jaringan tubuh hewan yang menyebabkan hewan itu mati karena kekurangan oksigen. Jika penanganan dilakukan dengan segera, racun dapat dinetralisasi tetapi dalam banyak kasus, hewan mati karena sifat toksin yang bekerja dan menyebar cepat.
Beberapa contoh tanaman yang mengandung glikosida sianogenik yaitu singkong, ubi kayu, sorgum, biji almond, lima beans (sejenis kacang polong). Potensi sianogenik tanaman dipengaruhi oleh spesies dan berbagai tanaman, cuaca, kesuburan tanah, dan tahap pertumbuhan tanaman. Tanaman muda, tunas baru, dan pertumbuhan kembali tanaman setelah pemotongan sering mengandung glikosida sianogenik tertinggi. Risiko terjadinya keracunan menurun pada hijauan yang telah masak atau tua.
Helaian daun memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan pelepah daun atau batang daun, daun bagian atas memiliki risiko lebih tinggi daripada daun yang lebih tua, dan kepala biji dianggap berisiko rendah. Beberapa herbisida juga telah terbukti meningkatkan potensi tanaman sianogenik. Pengeringan tanaman menurunkan potensi sianogenik dari waktu ke waktu sehingga jerami jarang berbahaya jika dikeringkan dalam waktu yang cukup. Memproses hijauan menjadi silase dapat menurunkan kandungan glikosida sianogenik.
Gejala Keracunan
Racun sianida sangatlah kuat. Jika sejumlah besar kandungan sianida terserap cepat, mekanisme pengeluaran racun dari tubuh akan kewalahan dan hewan dapat mati dengan cepat. Hewan yang teracuni jarang bertahan hidup lebih dari 1 – 2 jam bila mengonsumsi tanaman sianogenik melebihi batas takaran. Biasanya hewan akan mati dalam waktu 5 – 15 menit setelah timbul gejala klinis keracunan. Gejala yang timbul yaitu bernafas cepat (nampak ngos-ngosan), denyut nadi tidak teratur, mulut berbuih, pupil mata membesar, kejang otot, dan sempoyongan. Selaput lendir berwarna merah terang karena kejenuhan oksigen dari hemoglobin.
Penanganan
Penanganan dapat dicoba jika hewan yang terkena racun diketahui dengan segera, tetapi seringkali hewan ditemukan mati. Hubungi dokter hewan segera jika keracunan sianida dicurigai. Pemberian natrium tiosulfat melalui pembuluh darah oleh dokter hewan adalah pengobatan yang efektif untuk keracunan sianida. Dosis dapat diulang setelah beberapa menit jika hewan tidak merespons. Sebagian besar hewan yang hidup setelah perawatan akan pulih kembali.
Pencegahan
– Memberi ternak dengan pakan sorgum atau tanaman lain saat tingginya telah mencapai 50 – 60 cm. Tanaman muda yang tumbuh cepat memiliki kandungan glikosida sianogenik tertinggi, terutama pada daun baru dan ujung lunak. Jangan mengambil tanaman dengan tunas muda.
– Jangan mengambil tanaman selama musim kemarau ketika pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman layu atau terpelintir. Kekeringan meningkatkan peluang peningkatan kadar sianida karena pertumbuhan melambat dan ketidakmampuan tanaman untuk menua/masak akan mendukung pembentukan senyawa sianogenik di daun. Jangan mengambil tanaman pada musim kering sampai 4 – 5 hari setelah turun hujan.
– Jangan mengambil hijauan yang memiliki potensi racun saat cuaca dingin (termasuk di malam hari). Adanya suhu dingin memungkinkan konversi menjadi hidrogen sianida di dalam tanaman.
– Jika kadar sianida tinggi diduga ada dalam suatu tanaman, jangan berikan tanaman tersebut dalam kondisi segar. Ketika hijauan dipotong-potong, biarkan kering sepenuhnya sehingga sianida akan menguap. Biarkan pengeringan lambat dan menyeluruh karena racun dalam tanaman tetap bertahan dalam kondisi lembab dan basah. Tunda pemberian silase 6 hingga 8 minggu setelah proses pembuatan silase.
Sebgai seorang peternak sapi tentu kita akan menghadapi berbagai penyakit yang menyerang ternak peliharaan kita. Salah satu penyakit yang sering menyerang ternak kita adalah penyakit mencret atau diare. Ada beberapa  tindakan yang dapat anda ambil dalam melakukan penanganan pertama terhadap sapi yang terserang mencret atau diare oleh anda sendiri sebagai peternak  sebelum Dokter Hewan yang kita panggil datang.
Sebelum berbicara lebih jauh tentang penanganan pertama terhadap sapi mencret, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui penyebab dari penyakit mencret pada sapi. Penyakit mencret pada sapi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar penyakit mencret pada sapi disebakan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan faktor infeksi penyakit. Seekor sapi dikatakan mencret apabila mengeluarkan feces/akotoran (defekasi) dengan frekuensi yang lebih sering dari pada saat kondisi normal dan berbentuk lebih encer atau bahkan cair dibandingkan dengan feces seekor sapi sehat. Penyakit mencret pada sapi adalah tanda bahwa telah terjadi perubahan fisologis normal pada tubuh sapi atau tanda bahwa sapi telah terinfeksi suatu penyakit.
Dan mengenai pertolongan pertama terhadap penyakit mencret pada sapi yang akan kita bicarakan berikut ini adalah lebih cenderung Kami sarankan untuk mengatasi sapi yang mengalami diare akibat faktor fisiologis. Akan tetapi perlakuan ini dapat juga digunakan sebagai terapi yang mendukung proses kesembuhan dari  penyakit mencret pada sapi yang disebabkan oleh faktor penyakit.
Terdapat beberapa tanda yang membedakan antara penyakit mencret pada sapi akibat faktor fisiologis dan penyakit mencret pada sapi faktor infeksi penyakit. Sapi yang menderita mencret akibat faktor fisologis biasanya menunjukan gejala mencret namun tidak disertai adanya darah, lendir, bau busuk, cacing dan ketidak normalan lainnya. Selain itu, sapi masih terlihat sehat dan masih menunjukan nafsu makan yang baik.Sedangkan Sapi yang menderita penyakit mencret pada sapi akibat faktor Infeksi Penyakit  menunjukan gejala seperti :
1. Mencret/Diare secara terus-menerus (profus)
2. Feses atau lembek sampai cair, berwarna gelap/kehitaman, berbau busuk, kadang disertai lendir, bercak darah/segmen cacing yang keluar dari lubang anus
3. Tubuh terlihat kurus, pucat, lemah dan lesu
4. Dari mata dan hidung keluar eksudat / lendir
5. Bulu kasar, kaku dan rontok
6. Nafsu makan menurun
7. Merejan/merintih
8. Punggung melengkung
9. Jalan sempoyongan atau bahkan sampai ambruk
Penanganan
Inti dari penanganan sebuah penyakit, adalah menghilangkan penyebab penyakit dan mengatasi efek yang ditimbulkan akibat penyakit tersebut. Adapun Faktor Fisiologis yang menyebabkan mencret dapat berupa; Perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan.
Melihat dari berbagai faktor dari penyakit mencret pada sapi akibat faktor fisiologis diatas, perlu dilakukan cara dengan tidak melakukan perubahan secara mendadak terhadap hal pakan, perpindahan lokasi kandang dan sebagainya agar ternak tidak stres.
Selain itu, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang maka dapat diberikan cairan elektrolit terutama air, bikarbonat, sodium dan potassium atau larutan garam agar tidak terjadi dehidrasi yang lebih lanjut.
Berikut ini kami paparkan resep cairan elektrolit yang dapat digunakan sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi diare :
3 kotak kecil kaldu sapi instan atau bisa juga menggunakan 1 sachet kaldu sapi.
1 sachet agar-agar bubuk
2 sendok garam
2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3
Selain untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh juga diperlukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah yaitu dengan :
Arang tempurung kelapa
Cara membuat :
1. Tumbuk halus arang tempurung kelapa.
2. Ayak, lalu tampung dalam wadah yang mudah disimpan.
3. Cara Pengobatan Untuk mengobati sapi berikan sebanyak 50 gram melaui mulut
Minyak kelapa
Cara pengobatan dilakukan dengan meminumkan sebanyak kurang lebih 500 ml minyak kelapa untuk pengobatan seekor sapi yang menderita penyakit mencret pada sapi.
Daun nangka dan buah nangka 
Ambil yang masih muda dan baru tumbuh lalu diberikan secara langsung maupun ditumbuk dan dicampur sedikit air lalu diminumkan ke ternak
Membuat ramuan jamu dengan komposisi 
1. Campur dan haluskan temu ireng, kunir, kencur, lempuyang dantempe busuk masing-masing 200-300 gram, dimasukkan ke dalam plastik dan didiamkan selama 1 malam lalu diperas. Hasil perasan diminumkan 3 kali sehari selama 2 hari.
2. Campur dan haluskan lempuyang 3 biji, gula pasir 250 gram lalu tambahkan 10 liter air masak dan diminumkan ke ternak dengan dosis 1 liter/ekor 3 kali sehari.
 
Penyakit mencret pada sapi akibat faktor fisologis tersebut tentunya terjadi saat kondisi tubuh sedang menurun yang umumnya disebabkan oleh stress akibat perubahan lingkungan secara mendadak.
Upaya untuk mencegah stress pada sapi tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan lingkunyan yang nyaman, makanan yang cukup serta bernilai gizi tinggi dan tambahan multivitamin yang selain berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh juga berfungsi sebagai vitamin untuk penggemukan ternak.
Semua cara penanganan yang telah kami berikan diatas adalah usaha untuk sementara waktu dalam upaya mengurangi keparahan penyakit, untuk pengobatan maksimal sekali lagi kami sarankan untuk menghubungi Dokter hewan atau mantri hewan setempat.
Demikian sedikit ulasan tentang penanganan pertama terhadap penyakit mencret pada sapi semoga dapat dimanfaatkan.

Get notifications from this blog